Selasa, 22 Mei 2012
pariku budiku: Makalah: Tafsir Ali-Imron : 19, 67, 83
pariku budiku: Makalah: Tafsir Ali-Imron : 19, 67, 83: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Q ur’an adalah satu-satunya wahyu yang paling indah yang diturunk...
pariku budiku: Makalah: Tafsir Ali-Imron : 19, 67, 83
pariku budiku: Makalah: Tafsir Ali-Imron : 19, 67, 83: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Q ur’an adalah satu-satunya wahyu yang paling indah yang diturunk...
Makalah: Tafsir Ali-Imron : 19, 67, 83
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah satu-satunya wahyu
yang paling indah yang diturunkan Allah s.w.t kepada nabi Muhammad s.a.w. di
dalamnya ada tanda-danda bukti kebesaran-Nya yang tiada tara. Patut disyukuri
dan dijadikan pegangan hidup untuk manusia-manusia yang mau berfikir.
Di antaranya adalah Surat Ali Imran
ayat 19, 67 dan 83 ini. Yang secara garis besar isi dari ayat-ayat tersebut
adalah pengukuhan islam sebagai agama yang benar di sisi Allah SWT. Selain itu
dari ayat-ayat tersebut juga banyak sekali kandungan-kandungan pelajaran
sebagai bekal kita dalam kehidupan beragama.
Oleh sebab itu, kami pemakalah menyusun makalah ini
dengan maksud kita bisa mempelajari dan mengambil pelajaran dari ayat tersebut.
Kemudian setelah itu, kita bisa mengamalkannya dalam keseharian kita, agar kita
bisa menjadi manusia yang islami. Bukan hanya agama kita yang islam, tapi juga
mindset dan perilaku kita yang islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
sajakah kandungan dari surat Ali Imron ayat 19,67,83?
2.
Bagaimanakah
keadaan kaum Yahudi dan Nasrani dalam ayat ini?
3.
Agama
yang manakah menurut ayat ini benar?
4.
Apa sajakah pelajaran yang dapat diambil dari
ayat ini?
C.
Tujuan Makalah
1.
Untuk
mengetahui kandungan surat Ali Imron ayat 19,67,83.
2.
Untuk
mengetahui keadaan orang kafir setelah turunya ayat ini.
3.
Untuk
mengetahui agama yang benar menurut ayat ini.
4.
Untuk
mengetahui pelajaran-pelajaran yang di dapat dari ayat ini.
D.
Batasan Masalah
Kami membatasi bahwasanya pertanyaan- pertanyaan yang diajukan
adalah mengenai makalah yang kami buat yaitu tafsir surat Ali Imron ayat
19,67,dan 83.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Surat Ali Imran ayat 19, 67, dan 83
¨bÎ) úïÏe$!$# yYÏã «!$# ÞO»n=óM}$# 3 $tBur y#n=tF÷z$# úïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# wÎ) .`ÏB Ï÷èt/ $tB ãNèduä!%y` ÞOù=Ïèø9$# $Jøót/ óOßgoY÷t/ 3 `tBur öàÿõ3t ÏM»t$t«Î/ «!$# cÎ*sù ©!$# ßìÎ| É>$|¡Ïtø:$# ÇÊÒÈ
$tB tb%x. ãNÏdºtö/Î) $wÏqåku wur $|ÏR#uóÇnS `Å3»s9ur c%x. $ZÿÏZym $VJÎ=ó¡B $tBur tb%x. z`ÏB tûüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÏÐÈ
uötósùr& Ç`Ï «!$# cqäóö7t ÿ¼ã&s!ur zNn=ór& `tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÄßöF{$#ur $YãöqsÛ $\dö2ur Ïmøs9Î)ur cqãèy_öã ÇÑÌÈ
B.
Terjemahan
19). Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah
Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah
datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya.
67). Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani,
akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan
sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang musyrik.
83). Maka Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah,
Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi,
baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.
C.
Makna Lughah[1]
Berbeda إختلاف : خلاف ؛ فرق
Iri
hati بغيا : حسد
Lurus حنف :
إستقام
Mencari يبغون – بغى : طلبه
Tunduk/patuh
أسلام : إنقاد
Tidak
menyukai كرها : ضدّ أحب
D.
Munasabah
Ayat 19
Pada ayat sebelumnya Allah menegaskan bahwa, Dia adalah saksi yang
paling jujur dan adil serta penutur yang paling benar . pada ayat yang diutus unt Alloh menegasan bahwa, Muhammad
itu diutus bagi seuruh mahluk.
Ayat 67
Pada ayat sebelumnya Alloh mecela pada perbuatan orang Nasrani dan
Yahudi yang saling membantah tentang asal-usul Ibrahim (dari golongan Nasrani
atau Yahudi). Pada ayat sesudahnya ditegaskan bahwa orang yang paling berhak
menglaim Ibrahim adalah orang-orang yang
mengikuti agamanya pada masanya yaitu nabi Muhammad dan para sahabat-sahabatnya
yang beriman serta pengikut mereka yang lahir pada masa sesudahnya
Ayat 83
Pada ayat sebelumnya Alloh mencela orang-orang yang berpaling
(tidak mempercayai) adanya seorang nabi sesudah mengetahui tentang al-kitab
sebagai orang- orang yang fasik. Pada ayat sesudahnya diterangkan bahwa walau
nabi silih berganti datang ,tetapi mereka dan umat mereka saling percaya dan
mendukung tanpa membeda-bedakan.
E.
Makna Tafsili
Ayat 19
¨bÎ) úïÏe$!$# yYÏã «!$# ÞO»n=óM}$# 3 $tBur y#n=tF÷z$# úïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# wÎ) .`ÏB Ï÷èt/ $tB ãNèduä!%y` ÞOù=Ïèø9$# $Jøót/ óOßgoY÷t/ 3 `tBur öàÿõ3t ÏM»t$t«Î/ «!$# cÎ*sù ©!$# ßìÎ| É>$|¡Ïtø:$# ÇÊÒÈ
19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi
Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di
antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka
Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
Ayat ini menurut Ibn Katsiri mengandung pesan dari Alloh, bahwa
tiada agama di sisiNya dan yang diterimaNya dari seorang pun kecuali Islam
yaitu mengikuti rasul-rasul yang diutusnya hingga berahir dengan Muhammad SAW.
Selanjutnya, ulama Mesir kenamaan itu mengemukakan, bahwa nama ini telah
ditetapkan jauh sebelum kehadiran Nabi Muhammad SAW. Firman Allah yang
disampaikan oleh Nabi Ibrahim dan diabadikan al-Qur’an menyatakan: “Dia (Allah)
telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula)
dalam (al-Qur’an) ini...” (QS. Al-Hajj [22]:78). Karena itu pula, agama-agama
lain tidak menggunakan nama ini sebagaimana kaum muslimin tidak menamai ajaran
agama mereka dengan Muhammadinisme.[2]
Ayat 67
$tB tb%x. ãNÏdºtö/Î) $wÏqåku wur $|ÏR#uóÇnS `Å3»s9ur c%x. $ZÿÏZym $VJÎ=ó¡B $tBur tb%x. z`ÏB tûüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÏÐÈ
67. Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan
(pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus lagi berserah
diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang
musyrik.
Ayat yang lalu baru mengecam kebodohan dan perbantahan mereka, maka
ayat ini membantah kebohongan mereka, Nabi Ibrahim bukan seorang Yahudi
sebagaimana diakui oleh orang-orang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani,
seperti diakui orang Nasrani, dengan dalil seperti yang telah dikemukakan, akan
tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri kepada Allah dan juga
sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik, yang dapat
diduga oleh orang-orang musyrik Mekkah yang mengaku mengikuti agama beliau.
Ajaran Nabi Ibrahim AS, adalah hanif, tidak bengkok, tidak memihak kepada
pandangan hidup orang-orang Yahudi, tidak juga mengarah kepada agama Nasrani
yang penganut-penganutnya juga mengajak kaum muslimin untuk memeluk agama
mereka.[3]
Ayat 83
uötósùr& Ç`Ï «!$# cqäóö7t ÿ¼ã&s!ur zNn=ór& `tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÄßöF{$#ur $YãöqsÛ $\dö2ur Ïmøs9Î)ur cqãèy_öã ÇÑÌÈ
83. Maka Apakah mereka mencari agama yang lain
dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di
langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah
mereka dikembalikan.
Apakah mereka berpaling sehingga keluar dari lingkungan ketaatan
Allah SWT, karena mencari agama yang lain dari agama Allah. Bagaimana mereka
mencari selain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri, tunduk
patuh segala apa yang dilangit dan di bumi, baik kepatuhan itu dengan suka
karena sesuai dengan fitrah kesucian
mereka atau karena sesuai dengan harapan mereka maupun kepatuhan itu karena
terpaksa akibat tidak mampu mengelak. Baik ini atau itu, yang pasti tidak ada
tempat berlindung kecuali Dia dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan
untuk dimintai pertanggungjawaban atas segala sikap dan perbuatan mereka.[4]
F.
Makna Ijmali
Agama yang diterima oleh Allah dari hamba-hambaNya adalah Islam.
Dengan pengertian, kepasrahan mutlak kepada pengurusan Allah, menerima semua
tatanan urusan kehidupan dari sumber yang satu (Allah) ini saja, berhukum
kepada kitab yang diturunkan dari sumber ini, dan mengikuti rasul-rasul yang
telah diturunkan kitab Allah ini kepadanya. Maka pada dasarnya kitab suci itu
hanya satu (bersumber dari satu sumber). Dan agama itu hanya satu, yaitu
“islam” dengan pengertian sebagaimana yang terdapat dalam hati nurani manusia
dan amal nyata mereka. Pengertian ini diterima oleh setiap orang mukmin dan
pengikut para rasul pada setiap zamannya, apabila islamnya itu bermakna iktikad
(yakin) kepada keesaan Tuhan (pada Allah), kesatuan pengurusan makhluk, taat,
dan mengikuti manhaj kehidupan yang ditetapkan-Nya tanpa kecuali.[5]
G.
Asbabun Nuzul
Ayat 19
Abu al-Qasim ath-Thabrani meriwayatkan dalam Mu’jam al-Kabir dengan
sanadnya dari Ghalib al-Qathan, dia berkata (483),”Saya datang ke Kufah untuk
urusan dagang. Saya menginap dengan A’masy. Pada malam hari, tatkala saya
hendak turun, A’masy pun bangkit kemudian shalat malam. Dia membaca ayat dan
sampai pada “Allah mempersaksikan” hingga ayat “sesungguhnya agama pada sisi
Allah ialah islam”. Kemudian dia mengatakan,”Aku pun bersaksi dengan apa yang
dipersaksikan Allah. Aku ingin menitipkan kesaksian ini pada Allah. Juga aku
menitipkan kesaksianku pada sisi Allah bahwa sesungguhnya agama pada sisi Allah
adalah islam sebagai suatu titipan.” A’masy mengatakan hal itu beberapa kali.
Saya berkata,”Sungguh aku mendengar sesuatu dalam ayat itu.” Ketika pagi tiba,
saya menemuinya dan berkata,”Hai Abu Muhammad, saya mendengar Anda
mengulang-ulang ayat itu.” A’masy berkata,”Bukanlah kandungannya telah
disampaikan kepadamu?” Saya menjawab,”Sudah sebulan saya bersama Anda, namun
Anda belum pernah memberitahukannya kepadaku.” A’masy berkata,”Demi Allah, aku
tidak akan menceritakannya kepadamu sebelum satu tahun.” Maka akupun tinggal
bersamanya selama satu tahun. Setelah satu tahun berlalu, maka saya
bertanya,”Hai Abu Muhammad, setahun telah berlalu.” A’masy berkata,”Abu Wa’il
telah menceritakan kepadaku dari Abdullah, dia berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda,”Pada hari kiamat akan ditampilkan pemilik titipan ayat itu, lalu
Allah Azza wa Jalla berkata,”Hamba-Ku telah berjanji kepada-Ku, dan Aku adalah
yang paling berhak memenuhi janji itu. Masuklah ke dalam surga.” Sehingga Allah
SWT berfirman,”Sesungguhnya agama pada sisi Allah ialah Islam.” Penggalan ini
merupakan pemberitahuan dari Allah bahwa tiada agama, menurut-Nya, yang dapat
diterima dari seseorang kecuali agama islam. Islam merupakan panutan para Rasul
dan mereka diutus Allah dengan membawa islam hingga Allah mengakhiri rasul
dengan Muhammad SAW yang menutup seluruh jalan kepada Allah kecuali melalui
arah Muhammad SAW.[6]
Ayat 67
Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi mengingkari kaum Yahudi dan
kaum Nasrani karena mereka saling bantah mengenali Ibrahim Khalilullah.
Masing-masing golongan mengklaim bahwa Ibrahim itu segolongan dengan mereka.
Muhammad bin Ishak bin Yasar meriwayatkan dari Ibnnu Abbas, dia berkata, “kaum
Nasrani Najran dan para pendeta Yahudi berkumpul dekat Rasulullah saw. Mereka
berselisih di dekat beliau. Para pendeta berkata,” Ibrahim itu tiada lain
kecuali seseorang yang beragama Yahudi.” Kaum Nasrani mengatakan, “Ibrahhim itu
tiada lain kecuali seseorang yang
beragama Nasrani.” Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat,” Hai ahli kitab , mengapa
kamu bantah membantah mengenai Ibrahim?” Yakni , wahai kaum Yahudi bagaimana
mungkin kamu mengklaim bahwa Ibrahim itu beragama Yahudi; dan wahai kaum
nasrani bagaimana mungkin kamu mengklaim bahwa Ibrahim itu beragama Nasrani, padahal
Ibrahim itu dilahirkan jauh sebelum keberadaan agama Yahudi dan Nasrani. Oleh
karena itu Alloh berfirman, “ apakah kamu tidak berfikir?”. Kemudian Alloh
berfirman, “ Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani,
namun dia adalah seorang yang lurus dan berserah diri,” maksudnya condong
kepada keimanan dan berpaling dari kemusyrikan,” dan sekali-kali bukanlah dia
termasuk golongan orang-orang musyrik.”[7]
Ayat 83, dari keempat referensi yang ada, kelompok kami tidak
menemukan asbabun nuzulnya, mungkin Pak Syaifudin Zuhri bisa menjelaskannya.
H.
Al Ibrah
1.
Menegaskan
bahwa agama yang diterima di sisi Allah adalah agama islam.
2.
Allah
itu Maha Tahu dan kita sebagai umat yang mempunyai keterbatasan tidak boleh
meragukan hal itu.
3.
Wajib
mempercayai agama Allah dan percaya atas semua ciptaannya serta meyakini bahwa
kelak kepadaNyalah kita akan kembali.
4.
Ibrahim
bukanlah orang Nasrani ataupun orang Yahudi, tetapi Ibrahim adalah orang Islam.
5.
Segala
sesuatu itu kembalinya hanyalah kepada Allah SWT, jadi kita harus selalu
berserah diri kepada Allah SWT.
6.
Mendidik
kita untuk selalu meyakini keesaan Allah SWT dan Islam adalah agama yang haq.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Bahwasanya
mengandung pesan dari Alloh bahwa tiada agama di sisiNya dan diterimanya dari
seorang pun kecuali Islam, yaitu mengikuti setiap rasul-rasulNya setiap saat
hingga berakhir dengan Muhammad saw, perseteruan antara Yahudi dan
Nasrani,keharusan manusia taat pada Alloh.
2.
Dijelaskan
bahwasanya kaum Yahudi dan Nasrani saling bertengkar mengenai asal Ibrahim as
namun ditegaskan bahditegaskan bahwa Ibwa Ibrahim bukanlah merupakan golongan
dari mereka.
3.
Menurut
ayat ini dijelaskan bahwa agama yang paling benar dan diterima Alloh adalah
Islam
4.
Banyak
sekali pelajaran yang dapat diambil dari ayat-ayat ini, seperti yang telah ada
atau diterangkan dalam ibrah.
B.
Saran
1.
Kita
harus meyakini bahwa Islam adalah agama yang paling benar.
2.
Seharusnya
kita menjadi manusia yang taat kepada Alloh dengan menjalankan semua
perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
3.
Sebaiknya
kita mempelajari sejarah-sejarah nabi terdahulu supaya dapat menambah pelajaran
yang dapat diambil untuk kehidupan ini.
4.
Sebaiknya
manusia menyadar bahwa kita diberi daya dan kemampuan untuk memilih namun hal
itu terbatas untuk apa yang dianugerahkan Alloh saja.
C.
Harapan
1.
Semoga
makalah ini dapat dijadikan referensi dalam menyelesaikan tugas kuliah.
2.
Semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan Islam.
3.
Semoga
makalah ini dapat membantu proses perkuliahan.
4.
Semoga
makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
[1]
Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Tafsir Jalalain, penerjemah Bahrun
Abu Bakar dkk, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1996) hal.225,245,251
[2] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al Mishbah ,(Jakarta: Lentera Hati, 2002) hal.40-41
[3] Ibid, hal.118
[4] Ibid, hal.138
[5]
Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur’an, penerjemah As’ad Yasin dkk, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2001) hal.26
[6]
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari
Tafsir Ibnu Katsir, penerjemah Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Press,
1999) hal.496
[7] Ibid,hal.531
Langganan:
Postingan (Atom)