Selasa, 22 Mei 2012

Makalah: Sistem Ekonomi Dunia


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang
Perilaku dan profesi bisnis dalam masyarakat tidak jarang dipandang rendah. Hal ini disebabkan oleh alasan, bisnis sama dengan sikap egoisme dan mata duitan. Pandangan ini merupakan prasangka. Orang yang berada dalam bidang selain bisnis tidak menjamin lebih etis atau tidak kurang egois daripada masyarakat bisnis. Terdapat anggapan pula, bahkan dalam masyarakat bisnis sendiri bahwa bisnis akan rugi bila menuruti tuntutan-tuntutan etika. Kedua pandangan ini tidak menunjukkan pemahaman bisnis yang memadai. Etika bisnis harus dipandang sebagai unsur dalam usaha bisnis itu sendiri. Etika merupakan bagian integral dari bisnis yang dijalankan secara profesional. Bisnis tanpa etika tidak akan berhasil.[1]
Di samping itu, pemahaman mengenai sistem ekonomi juga sangat penting dalam perekonomian atau bisnis. Tanpa mengetahui sistem-sistem yang ada perekonomian menjadi semrawut dan bahkan justru menyengsarakan masyarakat. Ada tiga sistem ekonomi di dunia ini yang sangat populer, yaitu sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis dan sistem ekonomi islam. Dewasa ini sering terjadi pemahaman-pemahaman yang keliru akan sistem-sistem ekonomi tersebut. Yang lebih parah apabila dalam perekonomian, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya malah mencampurkan semua sistem, baik kapitalis maupun sosialis. Padahal, kapitalis dan sosialis memiliki perbedaan dan pertentangan. Di mana keduanya memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing, yang apabila dicampur adukkan justru membawa dampak yang terlalu negatif.
Untuk itu kami menyusun makalah ini, agar semua pihak mengerti bagaimana gambaran sistem ekonomi kapitalis, sosialis, dan islamis. Serta siapa pula pencetus ide-ide dari ketiganya. Dengan begini, kita semua bisa paham seperti apa sistem-sistem tersebut dan bagaimana konsep-konsep tokohnya? Sehingga kita tidak keliru dalam memahami sistem-sistem tersebut.

B.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sistem ekonomi kapitalis itu?
2.      Bagaimana sistem ekonomi sosialis itu?
3.      Bagaimana sistem ekonomi menurut islam?

C.   Tujuan Makalah
1.      Menjelaskan sistem ekonomi kapitalis
2.      Menjelaskan sistem ekonomi sosialis
3.      Menjelaskan sistem ekonomi menurut islam

D.   Batasan Masalah
Kami pemakalah membatasi masalah yang kami bahas hanya mengenai ketiga sistem ekonomi seperti yang kami sebut pada rumusan masalah di atas.












BAB II
PEMBAHASAN

A.   Sistem Ekonomi Kapitalis
Kapitalisme bisa didapati di mana pun pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sekelompok manusia dilakukan oleh bisnis swasta.[2] Sistem ekonomi kapitalis dipengaruhi oleh semangat mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan sumber daya yang terbatas. Usaha kapitalis ini didukung oleh nilai-nilai kebebasan untuk memenuhi kebutuhan. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Adam Smith, bahwa terselenggaranya keseimbangan pasar dikarenakan manusia mementingkan diri sendiri.
Kapitalisme mengakui kebebasan manusia tidak bisa bebas lepas tapi kebebasan manusia terbatas oleh kebebasan orang lain. Kebebasan ini yang menjadi bagian dari ajaran yang berlaku universal dalam masyarakat kapitalis. Dengan kebebasan ini, mengakibatkan tingginya persaingan di antara sesamanya dalam rangka supaya tidak tersingkir dari pasar. Sistem kapitalis cenderung mendorong untuk berpikir opportunis dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonomi.[3] Dalam sistem ekonomi kapitalisme mempunyai beberapa kecenderungan sebagai berikut:
1.      Kebebasan memiliki harta secara perorangan
2.      Kebebasan ekonomi dan persaingan bebas
3.      Ketimpangan ekonomi
Teori Adam Smith
Ketika kita membicarakan tentang Sistem Ekonomi Kapitalis, kita tidak bisa melepaskan diri dari seorang tokoh bernama Adam Smith, karena dialah yang mencetuskan teori mengenai sistem ekonomi yang kemudian dikenal dengan sistem ekonomi kaptalis. Selain itu, dia juga merupakan “Bapak Ilmu Ekonomi.”
Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa Adam Smith dianggap sebagai pencetus Sistem Ekonomi Kapitalis ini? Dan apa teori Adam Smith tentang ekonomi?
Aliran yang dikembangkan oleh Adam Smith disebut aliran klasik. Dalam banyak hal, pemikiran Smith sejalan dengan paham kaum fisiokrat yang menganggap produksi barang-barang dan jasa sebagai sumber utama kemakmuran suatu negara. Perbedaan antara pendapat Adam Smith dengan kaum fisiokrat hanyalah pada penekanan faktor yang paling dominan dalam menentukan kemakmuran negara. Kaum fisiokrat menganggap bahwa alamlah yang menjadi penentu kemakmuran bangsa-bangsa. Sebaliknya, Smith menganggap bahwa manusia sebagai faktor produksi utama. Karena alam tidak ada artinya kalau tidak ada sumberdaya manusia yang pandai mengolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan.[4]
Smith percaya bahwa pada hakikatnya manusia rakus, egoistis, selalu ingin mementingkan diri sendiri. Namun, menurut Smith sikap ini bisa memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan secara keseluruhan. Smith berpendapat bahwa sikap egoistis manusia tidak akan mendatangkan kerugian dan merusak masyarakat sepanjang ada persaingan bebas. Lebih lanjut menurutnya, setiap orang yang menginginkan laba dalam jangka panjang, tidak akan pernah menaikkan harga di atas tingkat harga pasar. Smith juga mengungkapkan bahwa, tindak-tanduk manusia pada umumnya didasarkan pada kepentingan diri sendiri, bukan belas kasihan orang lain dan juga bukan perikemanusiaan.
Smith juga sangat menghendaki agar pemerintah sedapat mungkin tidak terlalu banyak campur tangan mengatur perekonomian. Biarkan sajalah perekonomian berjalan dengan wajar tanpa campur tangan pemerintah. Nanti akan ada suatu tangan tak terlihat (invisible hands) yang akan membawa perekonomian tersebut kearah keseimbangan. Menurut Smith, jika banyak campur tangan pemerintah, pasar justru akan mengalami distorsi yang akan membawa perekonomian pada ketidakefisienan dan ketidakseimbangan. Agar pasar bebas yang didasarkan pada keinginan-keinginan individu tersebut bisa membawa perekonomian pada suatu keseimbangan yang efisien, maka Smith menerangkan bahwa walaupun tiap orang mengerjakan sesuatu didasarkan pada kepentingan pribadi, tetapi hasilnya bisa selaras dengan tujuan masyarakat. Dampak setiap aktivitas individu dalam mengejar kepentingan masing-masing terhadap kemajuan masyarakat, justru lebih baik dibanding dengan tiap orang berusaha memajukan masyarakat.
Dalam hal nilai suatu barang, Smith mengungkapkan barang mempunyai dua nilai, yaitu nilai guna dan nilai tukar. Nilai tukar atau harga suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut. Smith juga mengungkapkan hubungan antara nilai guna dan nilai tukar. Menurutnya, hubungan antara nilai guna dan tukar suatu barang yang mempunyai nilai guna tinggi kadang-kadang tidak mempunyai nilai tukar (tidak bisa ditukarkan dengan barang lain). Sebaliknya, ada barang yang mempunyai nilai tukar sangat tinggi, tetapi tidak begitu berfaedah dalam kehidupan.
Smith juga mengutarakan kesimpulannya mengenai pembagian kerja. Menurutnya, bahwa produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui pembagian kerja. Pembagian kerja akan mendorong spesialisasi. Orang akan memilih mengerjakan yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Di samping itu, setiap orang berkeinginan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Peningkatan kesejahteraan bisa diperoleh dengan meningkatkan laba. Smith menjelaskan cara terbaik untuk itu adalah dengan melakukan investasi, yaitu membeli mesin-mesin dan peralatan. Dengan begitu produktivitas akan meningkat, sehingga produksi perusahaan juga akan meningkat. Smith menganggap pentingnya arti akumulasi kapital bagi pembangunan ekonomi. Oleh sebab itu, sistem ekonomi yang dianut sesuai pemikiran Smith selain sering disebut sistem liberal (karena memberikan keleluasaan yang besar bagi tiap individu untuk bertindak dalam perekonomian), juga sering disebut sistem ekonomi kapitalisme (karena sangat menekankan arti akumulasi kapital dalam pembangunan ekonomi).
Sistem ekonomi pasar tidak membutuhkan perencanaan dan pengawasan dari pihak manapun. Serahkan saja semuanya pada pasar, dan suatu invisible hands akan membawa perekonomian tersebut ke arah keseimbangan, yang dalam posisi keseimbangan semua sumber daya dapat dimanfaatkan sepenuhnya. Apabila terlalu banyak campur tangan dari pemerintah, pasar justru akan mengalami distorsi. Pada gilirannya hal ini akan membawa perekonomian pada inefficiency dan ketidakseimbangan. Menurut Smith, walaupun tiap orang didorong untuk mengejar kepentingan masing-masing, adanya persaingan bebas akan menjamin bahwa masyarakat secara keseluruhan akan menerima benefit.[5]
Kebaikan sistem ekonomi kapitalis
1.      Kebebasan
2.      Meningkatkan produksi
3.      Profit motif
Kelemahan sistem ekonomi kapitalis
1.      Tidak merata
2.      Tidak selaras
3.      Maksimasi profit
4.      Krisis moral
5.      Materialistis
6.      Mengesampingkan kesejahteraan
Ada saat di mana kebebasan dalam sistem ekonomi kapitalis justru menyengsarakan rakyat karena tidak adanya UU/perlindungan kepada yang lemah, kapitalisme ini sering disebut kapitalisme brutal (kapitalisme tak bernurani).[6]

B.   Sistem Ekonomi Sosialisme
Sosialisme sering disamakan istilahnya dengan komunisme, padahal keduanya memiliki perbedaan. Menurut Brinton, sosialisme menggambarkan pergeseran milik kekayaan dari swasta ke pemerintah yang berlangsung secara perlahan-lahan melalui prosedur peraturan pemerintah dengan memberikan kompensasi kepada pemilik-pemilik swasta. Sementara itu komunisme menggambarkan peralihan pemilikan dari swasta ke tangan pemerintah tersebut digambarkan terjadi secara cepat dan revolusioner, dilakukan secara paksa dan tanpa kompensasi. Jadi, perbedaan antara keduanya adalah cara untuk mencapai tujuan, sedangkan persamaannya adalah mengenai tujuan yang ingin dicapai dari keduanya.
Dalam masyarakat sosialis yang menonjol adalah rasa kebersamaan atau kolektivisme. Salah satu bentuk kolektivisme yang ekstrem adalah komunisme. Keputusan-keputusan ekonomi itu disusun, direncanakan, dan dikontrol oleh kekuatan pusat. Komunisme dapat dikatakan sebagai bentuk sistem paling ekstrem, sebab untuk mencapai masyarakat komunis yang dicita-citakan diperoleh melalui suatu revolusi. Perekonomian yang didasarkan atas sistem yang segala sesuatunya serba dikomando ini sering juga disebut sistem perekonomian komando. Begitu juga, karena dalam sistem komunis negara merupakan penguasa mutlak, perekonomian komunis juga sering disebut sistem ekonomi totaliter. Istilah lain yang juga sering digunakan adalah anarkisme. Istilah ini merujuk pada suatu kondisi sosial pemerintahan yang tidak main paksa dalam menjalankan kebijaksanaan-kebijaksanaannya, melainkan dipercayakan pada asosiasi-asosiasi individu secara bebas dalam sistem sosial kemasyarakatan yang ada.
Sistem ekonomi sosialisme mempunyai tujuan kemakmuran bersama. Filosofi ekonomi sosialis, adalah bagaimana bersama-sama mendapatkan kesejahteraan. Perkembangan sosialisme dimulai dari kritik terhadap kapitalisme yang pada waktu itu kaum kapitalis atau disebut kaum borjuis mendapat legitimasi gereja untuk mengeksploitasi buruh. Inilah yang menjadikan Karl Marx mengkritik sistem kapitalis sebagai ekonomi yang tidak sesuai dengan aspek kemasyarakatan. Menurut Marx, tidak ada tempat bagi kapitalisme di dalam kehidupan, maka upaya revolusioner harus dilakukan untuk menghancurkan kapitalisme. Pemikiran awal sosialis meletakkan unsur kemanusiaan pada posisi paling tinggi, lebih tinggi dari alat produksi. Bila alat produksi menguasai manusia maka manusia akan kehilangan esensi kemanusiaannya. Ia akan menjadi bagian dari alat produksi tersebut sehingga menjadikan kehidupan manusia seperti mesin sebagaimana “kehidupan” alat produksi. Sampai akhirnya alat produksi tersebut menjauhkan manusia untuk mengenal fungsinya sebagai manusia.
Marx mengatakan:
“Pekerjanya tidak atas dasar sukarela tapi atas dasar paksaan. Jadi merupakan tenaga kerja paksa. Pekerjaannya tidak memuaskan kebutuhannya tapi semata-mata merupakan alat untuk memuaskan kebutuhan orang lain, yaitu para majikan kapitalis yang memperalat kaum buruh untuk memperoleh keuntungan. Jadi, kapitalisme menurunkan derajat kemanusiaan (mendehumanisasi) para buruh yang merosot menjadi setingkat dengan barang komoditi.”[7]
Penentangan Karl Marx terhadap Sistem Kapitalis
Jika di kapitalisme ada Adam Smith, maka di sosialisme ada Karl Marx. Pandangan dari Karl Marx sangat berpengaruh karena sangat dalam dan luas. Untuk membuktikan keburukan dari sistem ekonomi kapitalisme, Marx menggunakan argumen-argumen penentangan dari berbagai segi, baik dari segi moral, sosiologi maupun ekonomi.
Dari segi moral Marx melihat bahwa sistem kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam. Di mana hal ini akan membawa masyarakat ke arah ekonomi yang tidak bisa dipertahankan. Di dalam sistem kapitalis ini ada kepincangan dan kesenjangan sosial. Dari segi sosiologi, Marx melihat adanya sumber konflik antar kelas. Dalam sistem liberal-kapitalis ada sekelompok orang yang menguasai kapital dan ada sekelompok orang yang menjadi kelas bawah (buruh). Jika tidak ada perbaikan, maka kaum buruh akan semakin bertambah. Untuk itu harus diganti dengan sistem ekonomi sosialis, yang lebih mengutamakan kaum buruh. Demikian menurut Marx. Dari segi ekonomi, Marx melihat bahwa akumulasi kapital dalam kapitalisme memang memungkinkan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Akan tetapi pembangunan dalam sistem ekonomi kapitalis hanya terjadi dalam kelas atas (pemilik modal). Untuk perlu suatu sistem yang pembangunannya bisa merata bagi seluruh lapisan rakyat, dan sistem itu adalah sistem ekonomi sosialis.
Menurut Marx, sejarah segala masyarakat yang ada hingga sekarang pada hakikatnya adalah sejarah pertentangan kelas, dan hal ini diakibatkan dari kehidupan ekonomi masyarakat. Dan kelas yang lebih bawah akan bangkit untuk membebaskan diri dan meningkatkan status kesejahteraan mereka. Karl Marx juga sangat menentang surplus value (nilai lebih), karena hal itu akan semakin membawa kesengsaraan dan penindasan bagi kaum buruh dan semakin membawa keuntungan bagi kaum kapital.
Karl Marx mengungkapkan bahwa seluruh tindak tanduk manusia didorong oleh motif ekonomi, yaitu pemuasan materi. Ide atau gagasan mengenai agama, etika, seni, sosial, dan politik hanya ikut mewarnai. Namun yang paling menentukan adalah motif ekonomi.[8]
Karl Marx juga membedakan antara sosialisme dan komunisme. Perbedaannya adalah dilihat dari ketiga faktor berikut:
a.       Produktivitas
b.      Hakikat manusia sebagai produsen
c.       Pembagian pendapatan
Marx juga mengungkapkan komunisme merupakan suatu aktivitas kolektif dalam mengontrol proses pembangunan serta produk kolektif. Aktivitas ini sendiri dilakukan dengan semangat kebebasan oleh komunitas-komunitas yang dibentuk secara bebas. Komunisme haruslah menghapuskan setiap hal yang bersifat eksternal dari individu, menghapuskan segala pekerjaan sosial yang mengasingkan dan tidak berlandaskan pada pilihan pribadi dan pada tujuan-tujuan yangdipilih secara sadar oleh pribadi.[9]
Dalam masa selanjutnya, paham dan tulisan dari Marx ini sering disalahtafsirkan, sehingga muncul paham-paham yang baru mengenai sosialisme ini.
Dalam sistem ekonomi sosialisme mempunyai beberapa kecenderungan sebagai berikut:
1.      Pemilikan harta oleh negara
2.      Kesamaan ekonomi
3.      Disiplin ekonomi
Kebaikan sistem ekonomi sosialis
1.      Disediakannya kebutuhan pokok
2.      Didasarkan perencanaan negara
3.      Produksi dikelola oleh negara
Kelemahan sistem ekonomi sosialis
1.      Sulit melakukan transaksi
2.      Membatasi kebebasan
3.      Mengabaikan pendidikan moral

C.   Sistem Ekonomi Islam
Islam telah mengatur kehidupan manusia dengan ketentuan-ketentuan yang semestinya. Keberadaan aturan itu semata-mata untuk menunjukkan jalan bagi manusia dalam memperoleh kemuliaan. Kemuliaan hanya bisa didapatkan dengan jalan melakukan kegiatan yang diridhoi Allah. Sikap manusia yang menghargai kemuliaan akan selalu berusaha “menghadirkan” Allah di dalam setiap tarikan nafasnya.
Perilaku orang muslim dalam bidang ekonomi selalu diorientasikan pada peningkatan keimanan, karena tanpa keimanan kemuliaan pun tidak akan ia dapatkan. Bagi seorang muslim melakukan aktifitas ekonomi dengan orang lain sebagai bagian dari perilaku untuk memenuhi tanggungjawabnya dihadapan Allah, maka bekerja akan menjadikan seorang muslim untuk tetap istiqomah. Hal ini menjadikan seorang muslim dalam bekerja tidak sekedar memenuhi kebutuhan materi tetapi juga terpenuhi keridhoan Ilahi.
Implementasi dari pemahaman Islam akan membentuk kehidupan Islami dalam masyarakat yang secara langsung akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, di antaranya adalah aspek ekonomi. Praktek sistem ekonomi islam tidak identik dengan sistem kenegaraan di beberapa negara Timur Tengah yang menggunakan Islam sebagai dasar negaranya. Sistem ekonomi lebih berkaitan dengan bangunan masyarakat yang perilakunya didasarkan pada sumber Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits, di mana sistem ekonomi islam bisa dipraktekkan di masyarakat manapun.
Prinsip dasar sistem ekonomi islam
1.      Kebebasan individu
Manusia mempunyai kebebasan untuk membuat suatu keputusan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dengan kebebasan ini manusia dapat bebas mengoptimalkan potensinya. Kebebasan ini adalah didasarkan atas nilai-nilai tauhid. Nilai ini akan membentuk pribadi yang berani dan percaya diri. Seorang muslim memandang bahwa segala sesuatunya di permukaan bumi telah diatur oleh Allah dengan cara sedemikian rupa sehingga semuanya menimbulkan manfaat bagi manusia. Oleh karena itu, bagi seorang muslim segala sesuatu yang ada di muka bumi mempunyai manfaat, dan ini akan bermanfaat jika dimanfaatkan. Karena Allah tidak akan mengubah kehidupan manusia jika manusia itu tidak mengubahnya sendiri. Firman Allah dalam Surat Ar-Ra’d ayat 11:
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka.”
Kebebasan manusia sebagai seorang hamba Allah merupakan modal utama bagi seorang muslim untuk membentuk kehidupan ekonomi yang islami. Firman Allah dalam Surah An-Najm ayat 39:
“Dan bahwasannya seseorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”[10]
2.      Hak terhadap harta
Islam mengakui hak individu untuk memiliki harta. Asalkan sesuai ketentuan islam, dan kepemilikan harta dalam islam didasarkan atas kemaslahatan serta harta hanyalah titipan Allah. Mengenai hal itu tercantum dalam Surat An-Nisa’ ayat 29.
3.      Ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar
Ketidaksamaan dalam hal ini menentukan kehidupan manusia untuk lebih bisa memahami keberadaan dirinya sebagai manusia yang satu dengan yang lain telah di desain Allah untuk saling memberi dan menerima. Akan terjadi keselarasan bila antara satu dengan yang lain ada rasa butuh, sehingga manusia bersikap kerjasama antara sesamanya. Dan prinsip ini juga sudah dituangkan dalam Al-Qur’an.
4.      Jaminan sosial
Dalam sistem ekonomi islam negara mempunyai tanggung jawab untuk mengalokasikan sumberdaya alam guna meningkatkan kesejahteraan rakyat secara umum. Di masa khalifah Umar bin Khattab tanah yang tidak dikelola oleh pemiliknya selama tiga tahun diambil negara untuk diberikan kepada orang miskin yang mampu mengelolanya. Artinya, sistem ekonomi islam menjamin kehidupan seluruh masyarakat untuk mendapatkan kesejahteraan yang sama. Maka islam memperhatikan masalah pengelolaan harta melalui pengaturan zakat, infaq, sodakoh, dan sebagainya sebagai sarana untuk mendapatkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera. Menurut Qardhawi zakat merupakan sumber dana jaminan sosial. Zakat memainkan peranan penting dan signifikan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan, dan berpengaruh nyata pada tingkah laku konsumsi.[11]
5.      Distribusi kekayaan
Islam mencegah penumpukan kekayaan pada sekelompok kecil masyarakat dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada semua lapisan masyarakat. Sumberdaya alam adalah hak manusia dipergunakan manusia untuk kemaslahatannya, upaya ini tidak akan menjadi masalah bila tidak ada usaha untuk mengoptimalkannya melalui ketentuan-ketentuan syariah. Antara satu orang dengan orang lainnya telah ditentukan rezekinya oleh Allah, maka usaha untuk melakukan tindakan di luar jalan syariah adalah perbuatan dzolim. Kekayaan merupakan amanah Allah yang diberikan manusia untuk dipergunakan untuk kebaikan. Amanah bagi seorang muslim di pahami sebagai suatu kepercayaan Allah maka pemahaman amanah ini menjadikan seorang muslim lebih bersikap arif dalam mengelola kekayaannya. Oleh karenanya kekayaan yang dimiliki seorang muslim menjadi berkah bagi masyarakat disekitarnya.
6.      Larangan menumpuk kekayaan
Sistem ekonomi islam melarang individu mengumpulkan harta kekayaan secara berlebihan. Seorang muslim berkewajiban untuk mencegah dirinya dan masyarakat supaya tidak berlebihan dalam pemilikan harta.
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu haramkan yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu dan janganlah melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-Maidah:87)
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya.” (QS. Al-Humazah:1-4)
7.      Kesejahteraan individu dan masyarakat
Islam mengakui kehidupan individu dan masyarakat saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Masyarakat akan menjadi faktor yang dominan dalam membentuk sikap individu sehingga karakter individu banyak dipengaruhi oleh karakter masyarakat, demikian juga sebaliknya. Dalam islam hubungan individu dan masyarakat ini berpengaruh besar untuk membangun peradaban manusia di masa depan. Untuk itu islam menganjurkan sikap baik dalam membangun masyarakat.[12]




BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
1.      Sistem ekonomi kapitalis merupakan sistem ekonomi yang mengutamakan pada keuntungan yang besar dan juga pada pasar bebas. Kebebasan individu sangat tinggi. Pencetusnya adalah Adam Smith.
2.      Sistem ekonomi sosialis merupakan sistem yang terpusat pada pemerintah dalam menjalankan ekonominya, merupakan lawan dan juga bentuk protes dari kaum kapitalisme. Tokohnya adalah Karl Marx.
3.      Sistem ekonomi islam didasarkan kepada firman-firman Allah (Al-Qur’an). Sistem ekonomi islam mempunyai beberapa prinsip dalam implementasinya.

B.   Saran
1.      Sebaiknya kita memahami lebih dalam mengenai sistem ekonomi, agar mengerti dan tidak salah paham dalam penerapannya.
2.      Setiap pihak yang terlibat dalam perekonomian, janganlah mencampurkan antara satu sistem dengan sistem lainnya, karena semua sistem memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Tapi sistem ekonomi islam jauh lebih sempurna dan efisien jika diterapkan dalam perekonomian.



[1] R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis dalam Al-Qur’an (Yogyakarta, Pustaka Pesantren, 2006) hal.165-166
[2] Stanislav Andreski, Max Weber: Kapitalisme, Birokrasi, dan Agama terj. Hartono (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1989) hal.105
[3] Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar (Yogyakarta: Ekonisia, 2002) hal.92
[4] Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) hal.30
[5] Ibid, Deliarnov, hal.41
[6] Saurip Kadi, Intisari Buku Mengutamakan Rakyat (Jakarta: 2008) hal.11
[7] Ibid, Heri Sudarsono, hal.100
[8] Ibid, Deliarnov, hal.82
[9] Andre Gorz, Sosialisme dan Revolusi (Yogyakarta: Resist Book, 2005) hal.200
[10] Ibid, Heri Sudarsono, hal.105-106
[11] Muhammad, Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Alquran (Yogyakarta: UII Press, 2000) hal.59
[12] Ibid, Heri Sudarsono, hal.112

Tidak ada komentar:

Posting Komentar