BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Perilaku dan profesi bisnis dalam masyarakat tidak jarang dipandang
rendah. Hal ini disebabkan oleh alasan, bisnis sama dengan sikap egoisme dan
mata duitan. Pandangan ini merupakan prasangka. Orang yang berada dalam bidang
selain bisnis tidak menjamin lebih etis atau tidak kurang egois daripada
masyarakat bisnis. Terdapat anggapan pula, bahkan dalam masyarakat bisnis
sendiri bahwa bisnis akan rugi bila menuruti tuntutan-tuntutan etika. Kedua
pandangan ini tidak menunjukkan pemahaman bisnis yang memadai. Etika bisnis
harus dipandang sebagai unsur dalam usaha bisnis itu sendiri. Etika merupakan
bagian integral dari bisnis yang dijalankan secara profesional. Bisnis tanpa
etika tidak akan berhasil.[1]
Di samping itu, pemahaman mengenai sistem ekonomi juga sangat
penting dalam perekonomian atau bisnis. Tanpa mengetahui sistem-sistem yang ada
perekonomian menjadi semrawut dan bahkan justru menyengsarakan masyarakat. Ada
tiga sistem ekonomi di dunia ini yang sangat populer, yaitu sistem ekonomi
kapitalis, sistem ekonomi sosialis dan sistem ekonomi islam. Dewasa ini sering
terjadi pemahaman-pemahaman yang keliru akan sistem-sistem ekonomi tersebut.
Yang lebih parah apabila dalam perekonomian, pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya malah mencampurkan semua sistem, baik kapitalis maupun sosialis.
Padahal, kapitalis dan sosialis memiliki perbedaan dan pertentangan. Di mana
keduanya memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing, yang apabila dicampur
adukkan justru membawa dampak yang terlalu negatif.
Untuk itu kami menyusun makalah ini, agar semua pihak mengerti
bagaimana gambaran sistem ekonomi kapitalis, sosialis, dan islamis. Serta siapa
pula pencetus ide-ide dari ketiganya. Dengan begini, kita semua bisa paham
seperti apa sistem-sistem tersebut dan bagaimana konsep-konsep tokohnya?
Sehingga kita tidak keliru dalam memahami sistem-sistem tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sistem ekonomi kapitalis itu?
2.
Bagaimana
sistem ekonomi sosialis itu?
3.
Bagaimana
sistem ekonomi menurut islam?
C.
Tujuan Makalah
1.
Menjelaskan
sistem ekonomi kapitalis
2.
Menjelaskan
sistem ekonomi sosialis
3.
Menjelaskan
sistem ekonomi menurut islam
D.
Batasan Masalah
Kami pemakalah membatasi masalah yang kami bahas hanya mengenai
ketiga sistem ekonomi seperti yang kami sebut pada rumusan masalah di atas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sistem Ekonomi Kapitalis
Kapitalisme bisa didapati di mana pun pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
sekelompok manusia dilakukan oleh bisnis swasta.[2]
Sistem ekonomi kapitalis dipengaruhi oleh semangat mendapatkan keuntungan
semaksimal mungkin dengan sumber daya yang terbatas. Usaha kapitalis ini
didukung oleh nilai-nilai kebebasan untuk memenuhi kebutuhan. Pernyataan
tersebut sesuai dengan pendapat Adam Smith, bahwa terselenggaranya keseimbangan
pasar dikarenakan manusia mementingkan diri sendiri.
Kapitalisme mengakui kebebasan manusia tidak bisa bebas lepas tapi
kebebasan manusia terbatas oleh kebebasan orang lain. Kebebasan ini yang
menjadi bagian dari ajaran yang berlaku universal dalam masyarakat kapitalis.
Dengan kebebasan ini, mengakibatkan tingginya persaingan di antara sesamanya
dalam rangka supaya tidak tersingkir dari pasar. Sistem kapitalis cenderung
mendorong untuk berpikir opportunis dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonomi.[3]
Dalam sistem ekonomi kapitalisme mempunyai beberapa kecenderungan sebagai
berikut:
1.
Kebebasan
memiliki harta secara perorangan
2.
Kebebasan
ekonomi dan persaingan bebas
3.
Ketimpangan
ekonomi
Teori Adam Smith
Ketika kita membicarakan tentang Sistem Ekonomi Kapitalis, kita
tidak bisa melepaskan diri dari seorang tokoh bernama Adam Smith, karena dialah
yang mencetuskan teori mengenai sistem ekonomi yang kemudian dikenal dengan
sistem ekonomi kaptalis. Selain itu, dia juga merupakan “Bapak Ilmu Ekonomi.”
Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa Adam Smith dianggap sebagai
pencetus Sistem Ekonomi Kapitalis ini? Dan apa teori Adam Smith tentang
ekonomi?
Aliran yang dikembangkan oleh Adam Smith disebut aliran klasik.
Dalam banyak hal, pemikiran Smith sejalan dengan paham kaum fisiokrat yang
menganggap produksi barang-barang dan jasa sebagai sumber utama kemakmuran
suatu negara. Perbedaan antara pendapat Adam Smith dengan kaum fisiokrat hanyalah
pada penekanan faktor yang paling dominan dalam menentukan kemakmuran negara.
Kaum fisiokrat menganggap bahwa alamlah yang menjadi penentu kemakmuran
bangsa-bangsa. Sebaliknya, Smith menganggap bahwa manusia sebagai faktor
produksi utama. Karena alam tidak ada artinya kalau tidak ada sumberdaya
manusia yang pandai mengolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan.[4]
Smith percaya bahwa pada hakikatnya manusia rakus, egoistis, selalu
ingin mementingkan diri sendiri. Namun, menurut Smith sikap ini bisa memacu
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan secara keseluruhan. Smith berpendapat bahwa
sikap egoistis manusia tidak akan mendatangkan kerugian dan merusak masyarakat
sepanjang ada persaingan bebas. Lebih lanjut menurutnya, setiap orang yang
menginginkan laba dalam jangka panjang, tidak akan pernah menaikkan harga di
atas tingkat harga pasar. Smith juga mengungkapkan bahwa, tindak-tanduk manusia
pada umumnya didasarkan pada kepentingan diri sendiri, bukan belas kasihan
orang lain dan juga bukan perikemanusiaan.
Smith juga sangat menghendaki agar pemerintah sedapat mungkin tidak
terlalu banyak campur tangan mengatur perekonomian. Biarkan sajalah
perekonomian berjalan dengan wajar tanpa campur tangan pemerintah. Nanti akan
ada suatu tangan tak terlihat (invisible hands) yang akan membawa
perekonomian tersebut kearah keseimbangan. Menurut Smith, jika banyak campur
tangan pemerintah, pasar justru akan mengalami distorsi yang akan membawa
perekonomian pada ketidakefisienan dan ketidakseimbangan. Agar pasar bebas yang
didasarkan pada keinginan-keinginan individu tersebut bisa membawa perekonomian
pada suatu keseimbangan yang efisien, maka Smith menerangkan bahwa walaupun
tiap orang mengerjakan sesuatu didasarkan pada kepentingan pribadi, tetapi
hasilnya bisa selaras dengan tujuan masyarakat. Dampak setiap aktivitas
individu dalam mengejar kepentingan masing-masing terhadap kemajuan masyarakat,
justru lebih baik dibanding dengan tiap orang berusaha memajukan masyarakat.
Dalam hal nilai suatu barang, Smith mengungkapkan barang mempunyai
dua nilai, yaitu nilai guna dan nilai tukar. Nilai tukar atau harga suatu
barang ditentukan oleh jumlah tenaga yang diperlukan untuk menghasilkan barang
tersebut. Smith juga mengungkapkan hubungan antara nilai guna dan nilai tukar.
Menurutnya, hubungan antara nilai guna dan tukar suatu barang yang mempunyai
nilai guna tinggi kadang-kadang tidak mempunyai nilai tukar (tidak bisa
ditukarkan dengan barang lain). Sebaliknya, ada barang yang mempunyai nilai
tukar sangat tinggi, tetapi tidak begitu berfaedah dalam kehidupan.
Smith juga mengutarakan kesimpulannya mengenai pembagian kerja.
Menurutnya, bahwa produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui
pembagian kerja. Pembagian kerja akan mendorong spesialisasi. Orang akan
memilih mengerjakan yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuan
masing-masing. Di samping itu, setiap orang berkeinginan untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Peningkatan kesejahteraan bisa diperoleh dengan meningkatkan
laba. Smith menjelaskan cara terbaik untuk itu adalah dengan melakukan
investasi, yaitu membeli mesin-mesin dan peralatan. Dengan begitu produktivitas
akan meningkat, sehingga produksi perusahaan juga akan meningkat. Smith
menganggap pentingnya arti akumulasi kapital bagi pembangunan ekonomi. Oleh
sebab itu, sistem ekonomi yang dianut sesuai pemikiran Smith selain sering
disebut sistem liberal (karena memberikan keleluasaan yang besar bagi tiap
individu untuk bertindak dalam perekonomian), juga sering disebut sistem
ekonomi kapitalisme (karena sangat menekankan arti akumulasi kapital dalam
pembangunan ekonomi).
Sistem ekonomi pasar tidak membutuhkan perencanaan dan pengawasan
dari pihak manapun. Serahkan saja semuanya pada pasar, dan suatu invisible
hands akan membawa perekonomian tersebut ke arah keseimbangan, yang dalam
posisi keseimbangan semua sumber daya dapat dimanfaatkan sepenuhnya. Apabila
terlalu banyak campur tangan dari pemerintah, pasar justru akan mengalami
distorsi. Pada gilirannya hal ini akan membawa perekonomian pada inefficiency
dan ketidakseimbangan. Menurut Smith, walaupun tiap orang didorong untuk
mengejar kepentingan masing-masing, adanya persaingan bebas akan menjamin bahwa
masyarakat secara keseluruhan akan menerima benefit.[5]
Kebaikan sistem ekonomi kapitalis
1.
Kebebasan
2.
Meningkatkan
produksi
3.
Profit
motif
Kelemahan sistem ekonomi kapitalis
1.
Tidak
merata
2.
Tidak
selaras
3.
Maksimasi
profit
4.
Krisis
moral
5.
Materialistis
6.
Mengesampingkan
kesejahteraan
Ada saat di mana kebebasan dalam sistem ekonomi kapitalis justru
menyengsarakan rakyat karena tidak adanya UU/perlindungan kepada yang lemah,
kapitalisme ini sering disebut kapitalisme brutal (kapitalisme tak bernurani).[6]
B.
Sistem Ekonomi Sosialisme
Sosialisme sering disamakan istilahnya dengan komunisme, padahal
keduanya memiliki perbedaan. Menurut Brinton, sosialisme menggambarkan
pergeseran milik kekayaan dari swasta ke pemerintah yang berlangsung secara perlahan-lahan
melalui prosedur peraturan pemerintah dengan memberikan kompensasi kepada
pemilik-pemilik swasta. Sementara itu komunisme menggambarkan peralihan
pemilikan dari swasta ke tangan pemerintah tersebut digambarkan terjadi secara
cepat dan revolusioner, dilakukan secara paksa dan tanpa kompensasi. Jadi,
perbedaan antara keduanya adalah cara untuk mencapai tujuan, sedangkan
persamaannya adalah mengenai tujuan yang ingin dicapai dari keduanya.
Dalam masyarakat sosialis yang menonjol adalah rasa kebersamaan
atau kolektivisme. Salah satu bentuk kolektivisme yang ekstrem adalah
komunisme. Keputusan-keputusan ekonomi itu disusun, direncanakan, dan dikontrol
oleh kekuatan pusat. Komunisme dapat dikatakan sebagai bentuk sistem paling
ekstrem, sebab untuk mencapai masyarakat komunis yang dicita-citakan diperoleh
melalui suatu revolusi. Perekonomian yang didasarkan atas sistem yang segala
sesuatunya serba dikomando ini sering juga disebut sistem perekonomian komando.
Begitu juga, karena dalam sistem komunis negara merupakan penguasa mutlak,
perekonomian komunis juga sering disebut sistem ekonomi totaliter. Istilah lain
yang juga sering digunakan adalah anarkisme. Istilah ini merujuk pada suatu
kondisi sosial pemerintahan yang tidak main paksa dalam menjalankan
kebijaksanaan-kebijaksanaannya, melainkan dipercayakan pada asosiasi-asosiasi
individu secara bebas dalam sistem sosial kemasyarakatan yang ada.
Sistem ekonomi sosialisme mempunyai tujuan kemakmuran bersama.
Filosofi ekonomi sosialis, adalah bagaimana bersama-sama mendapatkan
kesejahteraan. Perkembangan sosialisme dimulai dari kritik terhadap kapitalisme
yang pada waktu itu kaum kapitalis atau disebut kaum borjuis mendapat
legitimasi gereja untuk mengeksploitasi buruh. Inilah yang menjadikan Karl Marx
mengkritik sistem kapitalis sebagai ekonomi yang tidak sesuai dengan aspek
kemasyarakatan. Menurut Marx, tidak ada tempat bagi kapitalisme di dalam
kehidupan, maka upaya revolusioner harus dilakukan untuk menghancurkan
kapitalisme. Pemikiran awal sosialis meletakkan unsur kemanusiaan pada posisi
paling tinggi, lebih tinggi dari alat produksi. Bila alat produksi menguasai
manusia maka manusia akan kehilangan esensi kemanusiaannya. Ia akan menjadi
bagian dari alat produksi tersebut sehingga menjadikan kehidupan manusia
seperti mesin sebagaimana “kehidupan” alat produksi. Sampai akhirnya alat
produksi tersebut menjauhkan manusia untuk mengenal fungsinya sebagai manusia.
Marx mengatakan:
“Pekerjanya tidak atas dasar sukarela tapi atas dasar paksaan. Jadi
merupakan tenaga kerja paksa. Pekerjaannya tidak memuaskan kebutuhannya tapi
semata-mata merupakan alat untuk memuaskan kebutuhan orang lain, yaitu para
majikan kapitalis yang memperalat kaum buruh untuk memperoleh keuntungan. Jadi,
kapitalisme menurunkan derajat kemanusiaan (mendehumanisasi) para buruh yang
merosot menjadi setingkat dengan barang komoditi.”[7]
Penentangan Karl Marx terhadap Sistem Kapitalis
Jika di kapitalisme ada Adam Smith, maka di sosialisme ada Karl
Marx. Pandangan dari Karl Marx sangat berpengaruh karena sangat dalam dan luas.
Untuk membuktikan keburukan dari sistem ekonomi kapitalisme, Marx menggunakan
argumen-argumen penentangan dari berbagai segi, baik dari segi moral, sosiologi
maupun ekonomi.
Dari segi moral Marx melihat bahwa sistem kapitalis mewarisi
ketidakadilan dari dalam. Di mana hal ini akan membawa masyarakat ke arah
ekonomi yang tidak bisa dipertahankan. Di dalam sistem kapitalis ini ada
kepincangan dan kesenjangan sosial. Dari segi sosiologi, Marx melihat adanya
sumber konflik antar kelas. Dalam sistem liberal-kapitalis ada sekelompok orang
yang menguasai kapital dan ada sekelompok orang yang menjadi kelas bawah
(buruh). Jika tidak ada perbaikan, maka kaum buruh akan semakin bertambah.
Untuk itu harus diganti dengan sistem ekonomi sosialis, yang lebih mengutamakan
kaum buruh. Demikian menurut Marx. Dari segi ekonomi, Marx melihat bahwa
akumulasi kapital dalam kapitalisme memang memungkinkan terjadinya pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Akan tetapi pembangunan dalam sistem ekonomi kapitalis
hanya terjadi dalam kelas atas (pemilik modal). Untuk perlu suatu sistem yang
pembangunannya bisa merata bagi seluruh lapisan rakyat, dan sistem itu adalah
sistem ekonomi sosialis.
Menurut Marx, sejarah segala masyarakat yang ada hingga sekarang
pada hakikatnya adalah sejarah pertentangan kelas, dan hal ini diakibatkan dari
kehidupan ekonomi masyarakat. Dan kelas yang lebih bawah akan bangkit untuk
membebaskan diri dan meningkatkan status kesejahteraan mereka. Karl Marx juga
sangat menentang surplus value (nilai lebih), karena hal itu akan
semakin membawa kesengsaraan dan penindasan bagi kaum buruh dan semakin membawa
keuntungan bagi kaum kapital.
Karl Marx mengungkapkan bahwa seluruh tindak tanduk manusia
didorong oleh motif ekonomi, yaitu pemuasan materi. Ide atau gagasan mengenai
agama, etika, seni, sosial, dan politik hanya ikut mewarnai. Namun yang paling
menentukan adalah motif ekonomi.[8]
Karl Marx juga membedakan antara sosialisme dan komunisme.
Perbedaannya adalah dilihat dari ketiga faktor berikut:
a.
Produktivitas
b.
Hakikat
manusia sebagai produsen
c.
Pembagian
pendapatan
Marx juga mengungkapkan komunisme merupakan suatu aktivitas
kolektif dalam mengontrol proses pembangunan serta produk kolektif. Aktivitas
ini sendiri dilakukan dengan semangat kebebasan oleh komunitas-komunitas yang
dibentuk secara bebas. Komunisme haruslah menghapuskan setiap hal yang bersifat
eksternal dari individu, menghapuskan segala pekerjaan sosial yang mengasingkan
dan tidak berlandaskan pada pilihan pribadi dan pada tujuan-tujuan yangdipilih
secara sadar oleh pribadi.[9]
Dalam masa selanjutnya, paham dan tulisan dari Marx ini sering
disalahtafsirkan, sehingga muncul paham-paham yang baru mengenai sosialisme
ini.
Dalam sistem ekonomi sosialisme mempunyai beberapa kecenderungan
sebagai berikut:
1.
Pemilikan
harta oleh negara
2.
Kesamaan
ekonomi
3.
Disiplin
ekonomi
Kebaikan sistem ekonomi sosialis
1.
Disediakannya
kebutuhan pokok
2.
Didasarkan
perencanaan negara
3.
Produksi
dikelola oleh negara
Kelemahan sistem ekonomi sosialis
1.
Sulit
melakukan transaksi
2.
Membatasi
kebebasan
3.
Mengabaikan
pendidikan moral
C.
Sistem Ekonomi Islam
Islam telah mengatur kehidupan manusia dengan ketentuan-ketentuan
yang semestinya. Keberadaan aturan itu semata-mata untuk menunjukkan jalan bagi
manusia dalam memperoleh kemuliaan. Kemuliaan hanya bisa didapatkan dengan
jalan melakukan kegiatan yang diridhoi Allah. Sikap manusia yang menghargai
kemuliaan akan selalu berusaha “menghadirkan” Allah di dalam setiap tarikan
nafasnya.
Perilaku orang muslim dalam bidang ekonomi selalu diorientasikan
pada peningkatan keimanan, karena tanpa keimanan kemuliaan pun tidak akan ia
dapatkan. Bagi seorang muslim melakukan aktifitas ekonomi dengan orang lain
sebagai bagian dari perilaku untuk memenuhi tanggungjawabnya dihadapan Allah,
maka bekerja akan menjadikan seorang muslim untuk tetap istiqomah. Hal ini
menjadikan seorang muslim dalam bekerja tidak sekedar memenuhi kebutuhan materi
tetapi juga terpenuhi keridhoan Ilahi.
Implementasi dari pemahaman Islam akan membentuk kehidupan Islami
dalam masyarakat yang secara langsung akan mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan, di antaranya adalah aspek ekonomi. Praktek sistem ekonomi islam
tidak identik dengan sistem kenegaraan di beberapa negara Timur Tengah yang
menggunakan Islam sebagai dasar negaranya. Sistem ekonomi lebih berkaitan
dengan bangunan masyarakat yang perilakunya didasarkan pada sumber Islam yaitu
Al-Qur’an dan Al-Hadits, di mana sistem ekonomi islam bisa dipraktekkan di
masyarakat manapun.
Prinsip dasar sistem ekonomi islam
1.
Kebebasan
individu
Manusia mempunyai kebebasan untuk membuat suatu keputusan yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dengan kebebasan ini manusia
dapat bebas mengoptimalkan potensinya. Kebebasan ini adalah didasarkan atas
nilai-nilai tauhid. Nilai ini akan membentuk pribadi yang berani dan percaya
diri. Seorang muslim memandang bahwa segala sesuatunya di permukaan bumi telah
diatur oleh Allah dengan cara sedemikian rupa sehingga semuanya menimbulkan
manfaat bagi manusia. Oleh karena itu, bagi seorang muslim segala sesuatu yang
ada di muka bumi mempunyai manfaat, dan ini akan bermanfaat jika dimanfaatkan.
Karena Allah tidak akan mengubah kehidupan manusia jika manusia itu tidak
mengubahnya sendiri. Firman Allah dalam Surat Ar-Ra’d ayat 11:
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka.”
Kebebasan manusia sebagai seorang hamba Allah merupakan modal utama
bagi seorang muslim untuk membentuk kehidupan ekonomi yang islami. Firman Allah
dalam Surah An-Najm ayat 39:
“Dan bahwasannya seseorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya.”[10]
2.
Hak
terhadap harta
Islam mengakui hak individu untuk memiliki harta. Asalkan sesuai
ketentuan islam, dan kepemilikan harta dalam islam didasarkan atas kemaslahatan
serta harta hanyalah titipan Allah. Mengenai hal itu tercantum dalam Surat
An-Nisa’ ayat 29.
3.
Ketidaksamaan
ekonomi dalam batas yang wajar
Ketidaksamaan dalam hal ini menentukan kehidupan manusia untuk
lebih bisa memahami keberadaan dirinya sebagai manusia yang satu dengan yang
lain telah di desain Allah untuk saling memberi dan menerima. Akan terjadi
keselarasan bila antara satu dengan yang lain ada rasa butuh, sehingga manusia
bersikap kerjasama antara sesamanya. Dan prinsip ini juga sudah dituangkan
dalam Al-Qur’an.
4.
Jaminan
sosial
Dalam sistem ekonomi islam negara mempunyai tanggung jawab untuk
mengalokasikan sumberdaya alam guna meningkatkan kesejahteraan rakyat secara
umum. Di masa khalifah Umar bin Khattab tanah yang tidak dikelola oleh pemiliknya
selama tiga tahun diambil negara untuk diberikan kepada orang miskin yang mampu
mengelolanya. Artinya, sistem ekonomi islam menjamin kehidupan seluruh
masyarakat untuk mendapatkan kesejahteraan yang sama. Maka islam memperhatikan
masalah pengelolaan harta melalui pengaturan zakat, infaq, sodakoh, dan
sebagainya sebagai sarana untuk mendapatkan kehidupan masyarakat yang lebih
sejahtera. Menurut Qardhawi zakat merupakan sumber dana jaminan sosial. Zakat
memainkan peranan penting dan signifikan dalam distribusi pendapatan dan
kekayaan, dan berpengaruh nyata pada tingkah laku konsumsi.[11]
5.
Distribusi
kekayaan
Islam mencegah penumpukan kekayaan pada sekelompok kecil masyarakat
dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada semua lapisan masyarakat.
Sumberdaya alam adalah hak manusia dipergunakan manusia untuk kemaslahatannya,
upaya ini tidak akan menjadi masalah bila tidak ada usaha untuk
mengoptimalkannya melalui ketentuan-ketentuan syariah. Antara satu orang dengan
orang lainnya telah ditentukan rezekinya oleh Allah, maka usaha untuk melakukan
tindakan di luar jalan syariah adalah perbuatan dzolim. Kekayaan merupakan
amanah Allah yang diberikan manusia untuk dipergunakan untuk kebaikan. Amanah
bagi seorang muslim di pahami sebagai suatu kepercayaan Allah maka pemahaman
amanah ini menjadikan seorang muslim lebih bersikap arif dalam mengelola
kekayaannya. Oleh karenanya kekayaan yang dimiliki seorang muslim menjadi
berkah bagi masyarakat disekitarnya.
6.
Larangan
menumpuk kekayaan
Sistem ekonomi islam melarang individu mengumpulkan harta kekayaan
secara berlebihan. Seorang muslim berkewajiban untuk mencegah dirinya dan
masyarakat supaya tidak berlebihan dalam pemilikan harta.
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu haramkan yang baik
yang telah Allah halalkan bagi kamu dan janganlah melampaui batas. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-Maidah:87)
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela yang mengumpulkan
harta dan menghitung-hitungnya. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat
mengekalkannya.” (QS. Al-Humazah:1-4)
7.
Kesejahteraan
individu dan masyarakat
Islam mengakui kehidupan individu dan masyarakat saling berkaitan
antara yang satu dengan yang lain. Masyarakat akan menjadi faktor yang dominan
dalam membentuk sikap individu sehingga karakter individu banyak dipengaruhi
oleh karakter masyarakat, demikian juga sebaliknya. Dalam islam hubungan
individu dan masyarakat ini berpengaruh besar untuk membangun peradaban manusia
di masa depan. Untuk itu islam menganjurkan sikap baik dalam membangun
masyarakat.[12]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Sistem
ekonomi kapitalis merupakan sistem ekonomi yang mengutamakan pada keuntungan
yang besar dan juga pada pasar bebas. Kebebasan individu sangat tinggi.
Pencetusnya adalah Adam Smith.
2.
Sistem
ekonomi sosialis merupakan sistem yang terpusat pada pemerintah dalam
menjalankan ekonominya, merupakan lawan dan juga bentuk protes dari kaum
kapitalisme. Tokohnya adalah Karl Marx.
3.
Sistem
ekonomi islam didasarkan kepada firman-firman Allah (Al-Qur’an). Sistem ekonomi
islam mempunyai beberapa prinsip dalam implementasinya.
B.
Saran
1.
Sebaiknya
kita memahami lebih dalam mengenai sistem ekonomi, agar mengerti dan tidak
salah paham dalam penerapannya.
2.
Setiap
pihak yang terlibat dalam perekonomian, janganlah mencampurkan antara satu
sistem dengan sistem lainnya, karena semua sistem memiliki kelemahan dan
kelebihan masing-masing. Tapi sistem ekonomi islam jauh lebih sempurna dan
efisien jika diterapkan dalam perekonomian.
[1] R.
Lukman Fauroni, Etika Bisnis dalam Al-Qur’an (Yogyakarta, Pustaka
Pesantren, 2006) hal.165-166
[2]
Stanislav Andreski, Max Weber: Kapitalisme, Birokrasi, dan Agama terj.
Hartono (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1989) hal.105
[3]
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar (Yogyakarta:
Ekonisia, 2002) hal.92
[4]
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Jakarta: Rajawali Pers, 2009)
hal.30
[5] Ibid,
Deliarnov, hal.41
[6]
Saurip Kadi, Intisari Buku Mengutamakan Rakyat (Jakarta: 2008) hal.11
[7] Ibid,
Heri Sudarsono, hal.100
[8] Ibid,
Deliarnov, hal.82
[9]
Andre Gorz, Sosialisme dan Revolusi (Yogyakarta: Resist Book, 2005)
hal.200
[10] Ibid,
Heri Sudarsono, hal.105-106
[11] Muhammad,
Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Alquran (Yogyakarta: UII Press, 2000)
hal.59
[12] Ibid,
Heri Sudarsono, hal.112
Tidak ada komentar:
Posting Komentar